Wednesday, December 3, 2014

Menghilangkan Kehilangan

Kami memulai dengan semangkuk indomie, kemudian menyusul extra joss dan marimas. Malam itu remang. Hujan baru usai. Aspal jalanan masih basah. Sinar bulan kekuningan hinggapi bercak hujan. Sejuk. Kami memulainya dengan mengaduk-urap bumbu dengan indomie yang baru tersaji. Warung kopi sederhana gang 7: malam resmi membisik pilu.

"Sakjane piye yo. Aku yo sek sayang nang arek'e, aku yo sek pengen perhatian. Tapi arek'e wingi ngomong jujur nang aku: de'e wes bosen LDR-an. Gak enak. Gak isok ketemuan bendino. Gak isok cidek bendino. De'e yo ngaku lek nang kono de'e wes nemu wong lanang liyo. Malah de'e ngomong 'aku lho udah bahagia sama dia disini'. Koyok piye ngono rasane. Sesek nang ati. Tapi yoweslah aku sabar ae. Ngalah. Engkok lek ngamuk-ngamuk kuliahku nang kene malah keteteran. Sakno wong tuwoku."

Salah satu sahabat saya. Teman ngopi walaupun tak sering-sering amat. Dia teman satu kosan. Sambil terus melahap indomie-nya, dia bercerita sambil sesekali menahan kegundahan. Saya bisa merasakan, ada hal yang membuatnya tak tenang. Sampai indomie habis dan menyisakan sisa bumbu di mangkuk, rasa itu masih menggantung di kelopak matanya yang kurang tidur: malamnya adalah malam panjang, memikirkan pujaan hati yang jauh disana. Diambilnya kretek. Dinyalakannya pelan-pelan. Memburai saja pikiran, melayang jauh ke malam-malam sebelumnya...

"Doakan ae yo bro. Ben langgeng. Aku iki wes serius ambek arek iki." 

Dia berujar suatu hari saat sedang bersama saya menunggu pesanan penyetan. Waktu itu saya baru saja putus dari pacar saya. Tak ada rasa iri. Saya turut senang. Mendoakan walaupun hanya dengan ucapan.

"Mayak kon pacaran ae! Ha-ha! Aku ae mari putus he-he. Oke wes moga langgeng, dan dapat restu dari orang tuane, Amin." 

"Seng sabar tah cuk! Mariki lak oleh maneh ha-ha! Masalah restu wong tuwo seh aku lek ndelok ayah'e rodok piyeee ngunu, tapi yo gak popo seh jare arek'e. Pokok'e aku iki wes serius nemen, walaupun LDR tetep tak jogo."

Berbahagialah kawan. Batin saya ketika itu. Pulang ke kos dan langsung menyambar penyetan. Dia kembali melanjutkan telfonan dengan sang wanita. Saya kembali bingung harus berbuat apa. Kesepian. Ide lama kembali muncul: menjahili anak kamar sebelah.

"Juancok, To! Wasu tenan we iki! Urip nggak genah gianggu uwong ae! Jiancok!" 

Kurang etis menjelaskan apa yang telah saya perbuat. Hanya kata-kata itu yang pantas ditulis. Sementara teman saya di ujung sana, sempat-sempatnya berkomentar dalam percengkramaannya.

"Opo to dul dul kok rame pisan! Gibeng ndasmu kon engkok!"

Dengan hati yang awesome karena berhasil menuntaskan aksi jahat pengusir sepi, saya kembali turun ke jalan, duduk-duduk sok sangar, melihat kendaraan lalu lalang. Jomblo always feel lonely--oh my god i'm not alay person, this real.

***
Dua malam sebelum malam pilu milik kawan kos saya. Masih di tempat yang sama. Masih indomie dengan racikan yang sama. Masih extra joss, masih marimas. Gorengan juga tak kalah seru. Kretek terbakar. Malam yang berat. Kawan sekelas saya memulai nostalgia bersama mantannya. Bercerita.

"To kon lek ero yo, aku biyen iku gak ero opo-opo To! gara-gara aku pacaran ambek de'e, aku dadi koyok ngene, gara-gara de'e iku To!"

"Podo aku pisan."

"Aku wes pacaran telung taun To! Bayangno, telung taun! Terus putus! Jancuk!"

"Podo aku pisan."

"Aku ambek arek'e wes koyok ngono, aku gak mikir aneh-aneh sampek tibak'e de'e mengkhianati aku ambek arek Jakarta! Jiancookk! Bayangno To yaopo rasane!"

"WIh iyo a? Wah ceritomu terlalu nemen cuy, ceritoku ae gak sampek koyok ngunu, bersyukur aku. Terus-terus?"

"Yowes. Arek'e tak putus. Tak delcont. Tak blokir FB-ne. Arek'e lek nghubungi aku gak tau tak respon."

"Oalah seng sabar ae men. Eh awakmu nanges gak biyen?"

"Iyo. Tapi akhir-akhir iki wes enggak?"

"..."

"Lapo cuk salah ta lek aku nanges?"

"Enggak. Podo, aku pisan..."

Indomie ludes. Kisah masih berlanjut. Menenggak extra jos di malam hari adalah keniscayaan. Tubuh jadi segar dan dengan sendirinya mata jadi melek. Ia mengambil gorengan untuk yang kedua kali. Saya menanyakan apa dia sudah bisa move-on atau tidak. Oke, dia memilih jomblo selama hampir dua tahun. Move-on tak segampang yang kalian kira. 

"Tapi aku saiki cidek ambek arek Bahasa Jepang, To! Wes kroso nyaman aku!"

"Yo ndang ditembak tah."

"Lho ojok sek. Nunggu momen seng pas."

"Saiki tembak'en lho nggak masalah."

"Lewat opo? BBM? Kupingmua! Aku lek nembak ngomong langsung yo!"

"Mayak! Aku ae gak tau nembak langsung. Nembak mek pisan ikupun lewat SMS. Ajarono tah."

"Cuk mosok? Arek model koyok kon ngene lak luweh pengalaman seh timbang aku To To!"

"Lho jancuk iki dikandani kok! Sumpah ilo!"

Kawan saya membeberkan tips klise yang sebenarnya bisa saya dapat lewat google ataupun situs kegemaran saya saat ini: hipwee.com. Saya banyak mendapat ilmu dari pertemuan indomie malam ini. Tapi masih belum ada niatan untuk mencoba semua yang ia sarankan di malam itu. Biarkan berlalu. 

***

Saya menulis ini diantara tumpukan tugas yang saya-pun belum tahu sudah selesai apa belum saking banyaknya. Hampir pukul 12 malam. Ada kalimat paling lucu malam ini: ini tugas apa kasih ibu, kok panjang buangeet! Sudah tertebak kalian tidak tertawa. Malam ini cukup dingin. Hujan sore hari tadi lumayan deras. Sebelum pulang kampus tadi, saya sempat diajak kawan sekelas yang biasanya jadi teman ngopi untuk mampir ke penyetan langganan yang sudah lama tutup dan kini buka kembali. Mampirlah bila ke kampus saya, warung kecil dekat gang 7A. Fuck nyus banget rasanya. Awesucks!--dalam konotasi paling positif tentunya. Minggu depan saya dan teman-teman akan penelitian ke Bali. Saya mengkhawatirkan motor. Kawan saya menanggapi santai sekali. 

"Tak titipno kos'e pacarku ae sepeda-ku."

"Lho cukkkkkk kon moro-moro pacaran ae? Ambek sopo? Arek Jepang iku a?"

"Iyoohhhhhhhh."

"Gathel. Mbok tembak nangndi? Gawe trik seng wingi ta?"

"Yoiyoseh! Nang Danau Unesa. Sip kon lek nembak ndek kunu!"

"Danau Lidah?"

"Duduk! Danau Unesa seng Ketintang! Bengi-bengi tapi, marine magrib! So swit kon jus'e mek limangewu."

"Aku yo tau mrunu seh ambek adek kelasku."

"Jam piro?"

"Moleh kuliah sampek arep magrib!"

"Halahh wes tah arek'e jak'en mrunu bengi-bengi! Apik wes percoyo'o aku!"

Sumpah demi dewa tendang-pantat, bajingan beruntung ini sudah dapat pacar baru. Move-on-move-on-move fuckin' on! Bitchessss! Saya tak pernah iri, tapi sore ini saya sungguh tak menyangka. Semuanya cepat sekali. So fast so furious!


***

Hidup saya tak pernah jauh-jauh dari penyetan. So sebelum mengerjakan tugas barusan saya membeli penyetan dan menyantapnya rame-rame (apakah makan berdua bisa dikatakan rame-rame? jika bisa berarti istilah saya sudah tepat horraaayy!--Ah, salah ya?) Disitu saya bertemu kawan yang dulunya sempat satu kos. Dia pacaran dengan sahabat saya. Kemarin sepulang kuliah kami tak sengaja bertemu di parkiran, dan saya iseng mengajaknya cangkruk di kos. Iseng-iseng berhadiah. Barangkali saja ia mentraktir saya jus. Tapi nyatanya dia belum dapat kiriman jadi sayalah yang mentraktirnya. All is fine for friend, allright? Jus ditenggak.

"He piye iki To, aku wes gak betah LDR ambek koncomu kuwi. Uabot eram (fakk! eram ini bahasa Magetan, artinya kurang lebih 'bingits') Aku iki gak disetujui wong tuwoku lek LDR. Mak-ku ae ngongkon aku golek pacar seng sak fakultas ben penak isok ketemuan terus."

"Jancuk lha salahmu ndeng nembak arek'e! Gateli kon!"

"Lha piye iki To terusan?"


"Cewekmu iku curhat'e nang aku ndul, sering. Aku sampek bingung ngrasakno gak lapo-lapo bengi-bengi di BBM, isine duwowooooo koyok... manukmu dowo nggak? Em, koyok ulo wes dowone. Lha iku isine koyok novel kon lek ero, aku gak paham opo tapi intine de'e nggolek'i kon cuk! Nangndi ae toh le le! Aku kok maleh terlibat jiangkrek hare!"

"Hahahaha, mosok To! Yo ngapuro tah! Tugasku akeh tenan iki!"

"Ndasmua wong kon yo chattingan ambek koncoku arek Bahasa Inggris ae lho, arek'e wingi cerito ndul!"

"Lho mosok?"

'Arek iku lek onok hubungan ambek lanang kadang-kadang yo cerito nang aku ndeng!"

"Gak onok opo-opo lho To, sumpah!"

"Bajingan kon iki cuk hahahahaha! Padahal raimu yo ngene-ngene ae seh le hahaha!"

"Wes tah aku serius ikiii. Piye enak'e?"

"Ngomong jujur ae nang arek'e: lek pengen putus yo putus, gak betah yo gak betah. Tapi alon-alon ae disamping cewek arek'e yo koncoku. Tapi yo sak karepmu seh!"

"Iyo wes To tapi emboh kapan aku ngomonge saiki aku dorong sempet. Sek bingung nugas."

"Sakarepmu leeee...."

Dan memang dunia ini serba mengejutkan. Malam ini sebelum pulang dan menyantap penyetan, saya sempat menemui bajingan satu ini. Berkata sepatah dua-patah kata jorok dan dilanjut straight to the point:

"Wingi pacarmu bengi-bengi BBM aku: 'aku udah putus.' KON KOK CUEPET MEN LEK MUTUSNO AREK CUK!"

Dia hanya tertawa-tawa tanpa beban. Dan disini, 00.19 WIB: tugas menanti lagi. Huaaahhhh ngantukkkkk Buuu! 

Thanks Rocket Rockers "Akhiri Sepi" yang diputer terus sampai mampus: "Hampa terasaaa dan sepi pun menyapaaa~