Ini adalah beberapa
benda bertuah yang jadi konsumsi saya selama puasa kemarin. Saya share disini
sebelum emak marah lagi karena meja ruang tamu lantai dua dipenuhi benda-benda
ini—dengan kondisi gak rapi blas. Setelah itu baru saya ringkes-ringkes.
Rolling Stone
Indonesia (Edisi 122 Juni 2015)
Kurt Cobain sebagai
cover sampul (lagi). Patut dibaca bagi siapupun umat flannel kumal dan jeans
belel yang tersisa. Sisi lain tuhan kalian diungkap langsung oleh putri kandungnya, Frances
Bean Cobain dengan sangat hangat. Ada pula feature panjang tentang ISIS, yang tentunya lebih
mencerahkan dibanding website PKS Piyungan.
Tabloid Rock (All
Issues 1-34)
Bacaan adiktif bagi
pemuja musik berisik kumur-kumur. Log Zhellebour—promotor rock hasil didikan
arek-arek Suroboyo—dan Wenz Rawk—kini jadi jurnalis metal majalah Rolling
Stone—adalah beberapa orang dibalik tabloid berumur pendek ini. Menemukan seluruh isu tabloid lawas era 2000-an ini di gudang secara tidak sengaja adalah berkah ramadan yang
menjadikan puasa lebih heavy varokah.
Esquire (Anniversary
Issues, Maret 2015)
Esquire pertama saya.
Memuat a must have items pria dewasa yang juwancuk mahalnya—dan nggak
penting-penting juga. Kurang memenuhi ekspekstasi. Pertama: tidak ada feature
seperti Playboy. Kedua: model-model wanitanya kurang ngena—dengan pengecualian
mbak Sigi Wimala: you’re always the badass!
Unfold Zine 2015
Zine untuk korporasi
Bakrie tai. Jerit hati korban lumpur disuarakan lepas di zine anak-anak Porong,
Sidoarjo ini. Sebagai dukungan saya berhenti nonton TvOne, atau Tv O’on—penyiarnya
nggak cakep sih nggak kaya Metro—dan memilih setia dengan Youtube (dan Jav68).
10 Dosa Besar
Soeharto
Kemungkinan besar
buku ini tidak dijual bebas. Hanya dimiliki orang-orang tertentu saja. Saya
nemu buku ini di lemari oom dan langsung mencomotnya gitu aja. Kesimpulannya
sih cukup masuk akal bila ada jutaan orang yang ingin menggantung Pak Harto
hidup-hidup (sayangnya udah meninggal duluan). Saya suka gaya provokasi di buku
ini. Urat marah cepet kebakar. Yang diungkap pun juga fakta dan dari
sumber-sumber yang sangat bisa dipercaya. Untuk itu, tidak ada ide lain yang
lebih gegabah selain menjadikan Harto pahlawan nasional.
Selain menikmati
majalah dan buku, puasa juga menjadikan saya pendengar musik yang lebih
khusyuk.
Keane – The Best Of
Keane
Cukup dengan
mengganti gitar dengan piano dan memainkannya seemosional mungkin, jadilah rock
era baru yang lebih cocok didengarkan sambil merangkul pacar. The Best Of Keane
memuat kurang lebih tiga puluh lagu terbaik mereka. Percayalah, tidak hanya
Coldplay yang pandai meramu musik sendu secara jenius. Keane juga patut
diperhitungkan.
Alice - Konsorsium
Humaniora (EP)
Alice (atau
A.L.I.C.E) adalah band baru asal Bandung yang dalam sebuah wawancara berkeinginan jadi
band cult – dan untuk itu rela mengeksplorasi hardcore, memadunya dengan stoner
sampai melodic death metal. Untuk jadi cult saya rasa masih belum, eits tapi
tunggu dulu, ini baru rilisan EP perdana. Akan lain pendapat mungkin jika nanti
menyimak rilisan selanjutnya.
Chunk! No, Captain
Chunk! – Get Lost, Find Yourself
Judul album setengik
slogan acara travelling konyol itu. Tidak bagus-bagus amat, yang melekat hanya
track pertama (lupa judulnya juga) dan lagu yang berjudul sama dengan album –
satu-satunya lagu berformat akustik. Pop punk yang jadi agak berat karena
dicampur unsur breakdown – hardcore (terdengar amat sangat di-pak-sa-kan dan
itu nggak ma-suk). Tapi vokalis Chunk! Kayaknya lebih cocok menggantikan Tom
DeLonge di Blink, cempreng-cempreng nikmat.
Black Sabbath –
Paranoid
“Yang nyiptain metal
padahal bukan Metallica, tapi Black Sabbath, ini patut diluruskan biar
arek-arek yang baru ngerti metal nggak sok!” Mas Bison dari rombongan GRIBS
saat berbincang santai di backstage jelang perform mereka. Dengan itu
sepertinya tidak ada lagi alasan bagi kalian untuk tidak mendengar Sabbath,
khususnya di album-album awal.
Buku dan musik.
Kurang lengkap bila tak ditambah satu lagi: film/serial TV.
Silicon Valley
(Season 1)
Serial HBO paling
konyol. Bahwa jenius dan bodoh itu beda tipis. Menceritakan kumpulan programmer
Silicon Valley yang bekerja untuk aplikasi yang diberi nama Pied Piper. Dibalut
kata-kata sarkastis, cabul, rusuh, tak bermoral, tapi cerdas dan membuat
terpingkal (saya sampe cegukan). Cocok bagi kalian yang muak dengan sitkom
Tetangga Kok Gitu.
Silicon Valley
(Season 2)
Melanjutkan kebodohan
season pertama. Menjadi semakin serius karena Pied Piper sudah berharga jutaan
dollar. Tapi tentu saja semakin serius serial komedi, semakin tolol pula adegan
dan dialog yang terjadi.
Kurt Cobain: Montage
Of Heck
Dokumenter rock
terpenting tahun ini. Tidak berlebihan bahkan saat menceritakan sisi
kegemilangan atau kejatuhan Cobain sekalipun—emosi yang ditampilkan pun cukup
konstan. Dengan tambahan animasi visual yang seolah menyatu dengan
dokumen-dokumen Cobain (khusunya diary atau catatan), kita diajak untuk
memahami sisi manusiawi Cobain secara utuh dan mendalam. Saya resmi berhenti
menganggap Cobain tuhan setelah menonton dokumenter ini. Ternyata dia manusia.
All Ages Party
Dokumenter hardcore
ibukota mulai dari era 90-an. Menyenangkan: di dalamnya banyak berisi
rekaman-rekaman gigs lawas dan hardcore kids yang nyanyi bareng, selain
wawancara tokoh-tokoh legendaris di subgenre metal paling bergengsi ini. Jika
kalian penasaran kenapa scene hardcore tak pernah mati, sebaiknya tonton dokumenter
penting ini.