Sunday, December 13, 2015

Review Wenak

sumber: Orange Cliff Record
kemarin cangkruk warung kopi sama mugsan sambil dengerin crimson eyes-nya sigmun. mendapatkan album ini tidak sesulit yang dibayangkan karena tentu saja ada teman yang mau berbagi setelah beli albumnya. mau berkabar dengan mas bob tapi bonus sms saya habis. pulsa juga tidak memungkinkan untuk berkirim pesan. jadilah saya menikmati album debut band yang pernah main di kantin feb unair ini sendirian. untung headset baru jadi rada manteb dah suaranya. sambil mesen kopisusu yang rada pahit-pahit nikmat, sensasi yang ditimbulkan sungguh yahud sekali. saya ngaceng sampai sekian menit.

anda warga univ. lidah wetan pasti tahu ini dimana
sambil nyambi dengerin saya iseng-iseng buka official instagramnya orangecliff--label yang menaungi sigmun. juga ig bandnya sendiri (sigmun_). selain kabar release party album ini berupa konser bertajuk in the wake of crimson eyes di IFI bandung, ada sebuah foto yang membuat saya tanpa banyak dikomando langsung membuka dan mengunduhnya. crimson eyes sudah di review oleh rolling stone edisi desember ini (dengan cover adele) dan tentu saja, empat bintang. tinggal satu bintang lagi untuk bisa menyamai suharto si jendral bintang lima. karena kondisi keuangan yang lagi pelit-pelitnya dikeluarin jadilah saya nggak beli itu majalah. tidak seperti dugaan, crimson eyes di review oleh senior editor wening gitomartoyo, dan bukannya reno nismara (reno sempet mereview cerebro soalnya mengingat seleranya yang cult). alhasil, seperti review-review kebanyakan yang ditulis mbak wening: selalu menarik, simpel dan tidak berbelit-belit. beliao ini sudah jadi suhu, atau bisa dibilang patokan saya dalam menulis review album yang wenak.

struktur dan dinamika lagu tak tertebak, hanya mereka dan Tuhan yang tahu akan belok kemana selanjutnya. tugas pendengar adalah berserah dan percaya bahwa kuping kita akan direndam oleh bebunyian yang demikian nikmat. (wening gitomartoyo)

Portofolio

sudah sekitar 2 tahunan nyambi jadi jurnalis musik abal-abal di webzine ronascent. webzine indie surabaya yang makin lama makin gede karena anak-anak di dalamnya--yang walaupun hanya berjumlah 6 orang termasuk saya--punya passion yang gede banget sama musik. cukup bersyukur bahwasanya sampai di tahun kedua ini masih mendapat banyak pengalaman baru selain tugas liputan atau nongkrongin backstage buat interview. ribet ngurusin komplasi cd dan majalah juga jadi pembelajaran yang nggak akan pernah bisa didapet di kursus manapun: mulai dari nol, learning by doing, kadang salah juga tapi it's okay buat belajar. juga dapet banyak referensi-referensi musik baru (juga album gratis hihi) yang cukup sebagai bukti bahwa ternyata musik itu amat luas cakupannya meski hanya berdiri di tujuh nada. dan portofolio tulisan saya--kumpulan review, artikel, feature atau yang lainnya--di webzine ini dapat dibuka-baca di tautan berikut:


meski kadang nggak puas sama hasil tulisan yang menurut saya kurang gimana gitu--apakah saya perfeksionis?--tapi nggak pedulilah yang penting nulis terus aja entar juga keren dengan sendirinya hehehe.

Bring Me The Horizon - That's The Spirit: Menemukan Jatidiri Baru


Mimpi apa band ini bisa bertahan dari paceklik jatidiri dan kemudian menelurkan satu lagi hal yang membuat kita sulit untuk melupakan mereka—lagipula selain itu siapa pula yang bisa melupakan kharisma Oli Sykes sebrengsek apapun dia. Terserah Alternative Press dan webzine-webzine alternatif lain  yang memberi nilai sempurna (atau hampir!) pada album ini. That’s The Spirit tidak sesempurna itu, tapi juga tidak secacat Sempiternal. Ada dua kemungkinan bagi kalian dua tipe pendengar musik: yang berpikiran fanatik dan yang cenderung berpikiran terbuka—dan diantara keduanya tidak ada yang paling benar. Fanatik deathcore/hardcore punk akan segera mencaci album ini. Pengkhianat scene. Tidak konsisten. Buruk. Melacur pop. Dan segala komentar nyinyir lainnya. Sementara kalian penikmat musik yang tidak pernah terlalu mempermasalahkan siapa band yang bermain tetapi apa yang mereka mainkan akan menganggap ini adalah hal baru. Segar. Segar sekali. secara kualitas bisa dibilang jempolan. BMTH lebih kurang berhasil. Dan pantas mendapat tepuk tangan yang paling kencang. Juga ada dua kemungkinan lain bagi dua tipe penggemar BMTH: penggemar sejak awal dan penggemar baru. Penggemar sejak awal yang cinta mati death metal, gagah dan masih bertahan dengan musik geraman, bisa dipastikan sudah melupakan band ini karena mereka berhenti mendengarkannya bahkan mulai album busuk Sempiternal. Tapi bagi penggemar baru, sudahlah. Ini adalah hal termetal yang pernah didengar. Terlepas dari metal yang maknanya sendiripun semakin lama semakin kabur (dan untuk itu lepaskan saja stigma kalian tentang metal yang baik dan benar ke tong sampah), kami sendiri sepakat untuk berpikir seterbuka mungkin tentang salah satu album paling menarik tahun ini: That’s The Spirit. Tanpa berusaha mempedulikan dan kemudian membandingkan dengan BMTH-BMTH zaman dulu karena dulu dan sekarang sudah berjarak terlalu jauh bagai pucuk langit dan inti bumi.

Benang merah That’s The Spirit seperti kita ketahui bersama, masih dipegang oleh Oli Sykes. Dengan gaya vokal khas dan lirik yang berusaha sekalam mungkin. Oleh karena itu jangan heran bila Oli hengkang nasib BMTH tidak akan selamat. Tidak masalah gitaris Jona Weinhofen memilih pulang ke Australia dan bermain di I Killed A Prom Queen. Jordan Fish masuk sebagai keyboardis, mengubah semuanya. Memegang peranan sebagai produser, dia juga berperan menambah unsur-unsur elektronika yang membuat That’s The Spirit menjadi benar-benar lepas dari belenggu album-album terdahulu. Untuk track Doomed, kita semua benci lagu itu. Apa lagi yang paling menjengkelkan selain mendengar lagu yang seolah duet Justin Bieber dan Skrillex. Tapi selanjutnya ada Happy Song yang membuat kita kembali optimis. Kalian akan menganggukan kepala saat suara bocah-bocah kecil berteriak lantang: S-P-I-R-I-T! Dan memang jantung album ini terletak pada lagu ini. Pukulan drum memang kencang tetapi tidak sekencang bayangan kalian (untuk itu dengar albumnya jangan hanya baca!). Ada kontrol pada lagu ini. Ada yang ditahan. Tapi seketika itu pula terjadi pelepasan. Tipe-tipe rock stadium yang mampu membuat ribuan orang melonjak bersama.

Baiklah jujur saja kita akan membenci banyak lagu lagi di album ini. Lagu yang kadang terlalu membingungkan seperti Blasphemy—terkesan seperti memaksakan untuk elegan—dan Follow You—terdengar seperti Maroon V dengan Adam Levine yang kehilangan kemampuan untuk ceria. Dengarkan saja Throne yang bagus. Ada semangat modern rock ala 30 Second To Mars di lagu ini. Dua puluh langkah lebih maju pula dibanding Linkin Park (ini untuk kalian yang menganggap BMTH masa kini adalah jelmaan Linkin Park!). Nu Metal sudah jadi sampah dan tentu saja BMTH tidak memainkan renik-renik lama. Jadi bisa dibilang ini adalah evolusi rock generasi Z yang cukup segar didengar telinga. Throne cocok sebagai pemancing kerusuhan di konser-konser langganan mereka—Reading Festival, atau konser puluhan ribu manusia di Wembley Stadium.

Terakhir adalah Drown. Meluncur sebagai single dan sudah dipastikan lagu ini akan disukai semua golongan—terlepas dari VEVO mereka yang terlalu melucu dengan surealis dimana drummer berubah jadi manusia kera dan darah yang mengucur berwarna hijau. Drown memakai formula baru yang tidak pernah dipakai di Count Your Blessings (2006), Suicide Season (2008), There Is A Hell (2010)... dan Sempiternal (2013). Suara Oli yang terdengar lebih alami tanpa paksaan ataupun teriakkan omong kosong. Dari segi musik BMTH sudah jadi sedemikian matang. Kharisma Oli Sykes justru semakin kuat dalam format seperti ini. Menarik minat bocah-bocah belasan yang harus tahu bahwa ada banyak band rock bagus di luar sana. Meskipun semua orang fanatik bilang cemen, barbie, rendah, tai kucing, dan sejenisnya tapi kami percaya bahwa BMTH akan terus bereksplorasi sampai menemukan pakemnya yang benar-benar epik. Tetapi meski begitu, kami berani menjamin bahwa di tahun-tahun mendatang BMTH tidak akan pernah berevolusi menjadi One Direction.

sila buka www.ronascent.biz untuk membaca versi editnya. juga ada banyak review dan cacimaki band-band terbaru.