Sunday, January 3, 2016

Karena 2016 Kemungkinan Besar Adalah Milik Anda

Kebodohan pertama di 2016 adalah bangun siang dan menyadari bahwa pesta kembang api semalam sudah usai. Kebodohan berlanjut karena anda akan kembali merapatkan selimut meski jam di ponsel keparat anda menunjukkan angka 8.30. Tetapi persetan, 30 menit kemudian anda akan bangun. Mendapat sedikit geleng-geleng kepala dari ibunda tercinta—oh anakku segeralah mandi ataukah sarapan, ini hari sudah siang dan dikau baru bangun—dan anda belum juga sepenuhnya sadar sampai segelas susu coklat panas (fuck you Hilo love you Milo) mendarat di mulut anda. Melumerkan sisa-sisa bakteri di mulut, hasil fermentasi pembusukan dari indomie iga penyetan dan ayam bakar-bakaran kemarin malam. Dan 2016 resmi dimulai di pukul 9.30—seusai anda onani dan mandi. Kemudian anda akan mengambil nasi goreng dan telur ceplok di meja makan, mengunyahnya pelan dengan kerupuk udang oleh-oleh dari nenek anda. Nasi goreng anda akan sedikit terasa keasinan—karena ibunda tercinta tergopoh-gopoh memasaknya, sudah terlalu lelah karena di malam tahun baru ia masih menikmati liburan di Banyuwangi, dan baru sampai rumah beberapa jam lalu. Ibunda tercinta sudah tertidur karena kelelahan. Dan ayahanda yang biasanya menemani anda makan di depan televisi juga sudah balik bekerja—meski malam tahun baru kemarin juga lembur karena tamu hotel sedang ramai-ramainya; risiko orang yang kerja di bidang pariwisata. Yang tersisa hanyalah adik anda, yang ternyata sudah hilang entah kemana. Warnet game online tidak pernah libur bahkan saat tanggal merah. Tibalah saatnya anda sarapan sendirian, dan untungnya ada Warkop DKI yang disiarkan televisi swasta—meski mungkin sudah ribuan kali diputar—dan anda bisa terbahak-bahak sendiri meski sudah hafal semua adegannya. Penyesalan pertama di 2016 terjadi. Mengapa anda belum menemukan jawaban siapakah yang lebih lucu: Dono, Kasino, atau Indro, karena ketiganya pernah membuat anda tertawa. Jika ada mitos yang berkata bahwa pelawak yang mati duluan adalah yang paling lucu, maka Kasino-lah pemenangnya. Tetapi Dono-pun lucu. Indro juga. Perdebatan yang tak pernah usai ini membawa anda pada penyesalan kedua di 2016: mengapa dulu tak mencomot buku Warkop: Main-main Jadi Bukan Main saat mampir di Gramedia. Buku yang anda anggap main-main itu ternyata bagus nian isinya. Dan anda masih sering menyesal karena Gramedia yang anda kunjungi malah makin banyak memajang lego Avengers—dan bukannya buku-buku bagus terbitan agak lama. Tapi penyesalan itu lenyap tanpa perlu lama-lama saat anda menyendokkan nasi goreng bersama potongan telur ke mulut anda. Jangan lupa, anda juga telah menambahkan saus tomat sebagai penawar keasinan. Alhasil, itu adalah nasi pertama yang masuk perut anda di 2016. Dan baiklah, akui saja. Anda belum benar-benar mandi. 7 menit di kamar mandi anda tidak menggosokkan sabun dan kemudian mengguyurkan air seperti mandi konvensional pada umumnya. Semua orang malas mandi di hari libur, tentu anda juga. Dan dari 7 menit itu 6 menit anda gunakan di closet dan melakukan hal paling menjijikkan pertama di 2016. Anda tidak lupa cebok karena setelah itu anda memencet wadah Garnier—sabun muka pria urban Indonesia yang penuh polusi udara—dan inilah, cuci muka pertama di 2016. Wajah anda terlihat lebih segar dari tahun lalu. Anda siap memulai tahun yang baru dengan gempita.

Anda kemudian membuka laptop, membaca ucapan-ucapan happy new yeah dari 98% pengguna sosial media. Juga hal konyol pertama yang anda baca di 2016: perdebatan bahwa merayakan tahun baru itu haram, beserta dalil-dalil dan sekelompok orang ‘kilafah’ yang menghujat perayaan malam tahun baru kemarin. Anda ingin tertawa tetapi tidak jadi. Pacar anda sudah lebih dulu mengagetkan anda dengan ucapan tahun baru. Hal yang lebih penting dibanding memikirkan perkataan Al-Mokarrom Utadzku Felix Siauw. Anda kemudian mulai sadar bahwa anda harus membuat resolusi. Jika di tahun 2015 kemarin resolusi anda untuk vakansi sudah terwujud sebagian, maka di 2016 ini anda mungkin sudah sebegitu cueknya sampai tidak kepikiran soal resolusi. Hidup no future ala Sex Pistols sepertinya sedang anda terapkan. Tetapi anda tidak mau berlarut-larut. Bahwasanya di lubuk hati anda terdapat kata mutiara yang berkata bahwa hidup musti punya tujuan biar terarah. Alhasil anda—yang tahun 2015 lalu sempat militan menjadi haters para motivator dan sering berkata bahwa urip ga segampang cocote Mario Teguh—pun kembali mencoba menyusun harapan-harapan hidup anda sendiri. Bahwa persetan motivator, anda tidak pernah membutuhkannya. Karena untuk sukses anda hanya butuh diri anda sendiri, dan bukan motivator. Anda pun kemudian menuliskan apa-apa saja yang anda inginkan di 2016 ini. Anda menyadari bahwa anda masih terikat orang tua dan bangku kuliah, jadi harapan untuk segera menikah, keliling dunia, memborong mobil sport ataupun melunasi cicilan rumah masih terlalu dini untuk anda. Anda akhirnya menyusun harapan-harapan realistis untuk tahun ini saja. Dan disaat tahun baru 2017, anda akan menepuk dada anda, tersenyum dan berbangga: beberapa harapan sudah mewujud.

1. Menulis buku
Anda sudah bertahun-tahun menulis tentang ketidakjelasan di sebuah blog pribadi yang anda sendiripun tidak tahu anda menuliskan apa. Sumpah serapah, ketololan hidup atau uneg-uneg curhatan anda-lah yang banyak terposting tanpa anda peduli mau dibaca orang atau tidak. Anda juga betah nulis di webzine musik yang berjuang menegakkan skena kota rantau anda, dan anda tidak pernah sepeserpun dibayar untuk hal itu—kecuali album dan tiket gratis. Dan tahun ini adalah tahun kebangkitan anda setelah sekian lama. Anda baru menyadari bahwa hal paling puncak dari seorang penulis bukanlah blog atau webzine atau zine, melainkan sebuah buku. Buku yang tercetak dan ada nama anda di covernya. Buku yang membuat anda menjadi bagian kecil literasi yang digemborkan manusia-manusia sok bahasa di kampus anda. Buku yang dituliskan sebagai karya yang bisa dibaca kawan-kawan anda, ataukah orang-orang lain, untuk kemudian mereka merasa terinspirasi, atau setidaknya terhibur terhadap karya anda. Meski anda tidak mengetahui sedikitpun seluk-beluk perbukuan, penerbitan, atau bahkan karya apa yang akan anda susun, tetapi anda percaya, dewa buku selalu menyertai penulis abal-abal yang kebingungan. Dan meski terdengar bak pungguk yang merindukan bulan, anda berharap buku anda diterbitkan penerbit besar dan diedarkan dalam skala nasional. Tapi bila tak seperti itu, cukuplah buku indie, dan karya anda juga bisa dinikmati siapa saja. Ataukah karya anda akan jadi cult—tidak banyak yang tahu tapi dari yang tahu itulah justru yang paling militan dan menunggu buku-buku anda selanjutnya. Sudahlah, anda tidak pernah tahu buku anda akan jadi seperti apa jika belum memulai halaman pertama dan menuliskannya.

2. Kembali mengumpulkan mainan
Anda menyadari sepenuhnya bahwa kebahagiaan hakiki dari hidup anda ada di masa saat anda masih betah menyusun kepingan lego, atau menubrukkan action figure superhero satu sama lain. Anda adalah kolektor mainan sekoper yang tak dikenal. Anda adalah bocah lelaki beruntung karena mulai bayi sampai usia anda SD, anda tidak pernah berhenti mendapat kiriman mainan dari tante anda yang kaya-kaya. Pun juga uang saku anda yang selalu disisihkan, pergi ke toko mainan untuk sekedar beli yoyo atau gasing. Kini anda sudah menginjak dewasa. Kesumpekan hidup tak ayal membawa anda pada hal-hal yang menolak bahagia. Tapi pacar anda adalah perempuan paling pengertian. Dia memberi hadiah lego superhero di ulang tahun anda—sesuatu yang belum pernah anda bayangkan sebelumnya. Dan inilah yang memicu anda untuk kembali mengumpulkan mainan apapun di masa kecil anda, dan kemudian memainkannya kembali, pelan-pelan, dan anda akan kembali ke usia 5 tahun lagi, sewaktu kamar anda masih berada di rumah nenek, ataukah kembali ke tahun-tahun sebelumnya, saat anda masih berada di Malang dengan dikelilingi manusia-manusia rasa yang tak kenal hal lain selain memanja.

3. Mendalami masak-memasak
Anda adalah calon koki keluarga. Simbah buyut anda adalah juru masak andal. Penemu resep rawon legendaris. Ataupun ayam kecap dengan rasa yang sempurna. Dan nenek anda—yang biasa anda panggil Mama—adalah master di dunia per-dapur-an. Nasi goreng buatannya adalah surga yang hakiki. Indomie yang dimasak di tangannya serasa anda tidak butuh apa-apa lagi untuk merasakan nikmat duniawi. Tante anda adalah penemu 78 resep kue yang tak pernah sekalipun memasak sesuatu yang tidak enak. Oom adalah penikmat masakan Eropa yang tak sungkan memamerkan keahlian memasak spagetinya, membuat anda betah di rumahnya. Dan kakak anda—dikenal sebagai Bang Gobes—adalah koki jalanan sejati yang pernah menghabiskan puluhan tahun hidupnya di sebuah kedai nan ramai yang kini telah roboh tertiup badai. Dan prestasi tertinggi keluarga anda adalah saudara jauh anda yang mengusai bisnis restoran ayam dan menjadikan namanya seperti sinonim dengan frasa ayam bakar. Tetapi apa yang bisa anda sombongkan jikalau anda sendiri mentok hanya bisa membuat tempe goreng dan telur dadar? Itupun masih jauh dari sempurna hingga masakan yang benar-benar anda kuasai hanyalah Indomie rebus. Tetapi anda sudah mencium bakat anda sendiri. Pun ibunda yang awalnya melarang anda—pria jahil yang hobi rusuh—untuk memasuki dapur, menjadi sering menyuruh anda memasak untuk makan malam. Anda memang sering berbuat onar di dapur, tetapi anda sudah biasa dengan penggorengan. Anda sudah tahu fungsi tambahan gula pada telur dadar. Anda sudah merasa Masterchef walaupun anda masih medioker. Tetapi anda tidak peduli. Anda suka di dapur. Anda hobi membuat sesuatu. Anda suka makan. Anda cinta masak-memasak. Anda adalah penerus keluarga besar anda yang jago membuat lidah bergoyang. Anda harus beralih profesi dari pemasak semua jenis Indomie—termasuk Indomie My Noodlez untuk adik balita anda—dan beralih ke tingkatan yang lebih tinggi lagi: Mie Burung Dara. Dan anda sudah harus lebih jeli memerhatikan koleksi buku resep ibunda anda—biar tidak seperti beliau yang banyak teori masak tapi sedikit prakteknya.

4. Main drum lagi, masuk studio lagi
Tidak pernah ada tahun sesepi tahun kemarin dalam hidup anda. Meski puluhan gigs telah anda datangi dan anda cukup apresiatif. Persetan juga polisi skena. Anda sungguh mengidolakan Hasief Ardiasyah apapun yang terjadi. Tetapi kesepian tentu saja bukan karena anda berjoget atau tidak saat konser berlangsung, tapi karena band itu, bukannya anda, yang berada di panggung, memainkan musik. Padahal anda adalah drummer paling abal-abal yang pernah ada di semesta. Penggemar John Bonham dan hobi mukul bangku di sekolah. Meski begitu anda meyakini satu hal: fuck skill, rock and roll! Dan di tahun ini anda ingin membuang perasaan kesepian itu dengan lebih banyak masuk studio, dan memuntahkan semua kegilaan dan dendam akan hidup. Fuck sikil!

5. Vakansi
Anda cukup sadar untuk secepatnya berhenti menuliskan hal ini karena anda—dan manusia-manusia pejalan tanpa alasan lainnya—pasti akan kalah dengan bocah yang hobi majang foto gunung di Instagram dan kemudian memperbanyak tagar #mytripadventure. Anda sudah seharusnya berhenti menuliskan ini sebelum menjadi manusia yang merasa paling keren sendiri dari orang lain hanya karena memakai baju Natgeo dan kemudian memamerkan berbagai pose dengan label #trip. Dan karena perjalanan menjadi semakin kekinian dan kehilangan esensinya, anda tidak perlu menggunakan kata travelling—karena anda sudah muak mendengarkannya.

6. Berbagi
Anda sadar bahwa hidup tidak akan selamanya. Anda juga semakin mengerti bahwa hidup tidak untuk dinikmati sendiri. Dan karena itu anda sudah seharusnya berbagi di 2016 ini. Berbagi untuk membantu, bukan untuk eksistensi. Berbagi bukan untuk balasan, tapi sebagai bentuk kepedulian. Dan saat ini anda tidak perlu memberi tahu anda akan membagikan apa-kepada siapa karena anda merasa itu semua tidak perlu digembar-gemborkan.

Anda menuliskan resolusi ini begitu saja, tanpa pikir panjang. Tentu anda tidak hanya bergantung pada langit: langkah kaki anda sendirilah yang akan menentukan sejauh mana semua ini bisa terwujud. Kecuali tentu saja mainan yang ingin anda koleksi ulang. Anda musti bergantung pada uang jajan tambahan dari orangtua anda.