Tuesday, August 11, 2015

Sakit Sendiri

dua minggu lalu tiba-tiba saja pak dokter secara dadakan tanpa banyak cincong langsung menyarankan operasi.

"operasi nanti pukul setengah delapan."

alkisah lambung saya terkena infeksi atau luka atau apapun itu. itu berpengaruh pada kelenjar getah bening yang terdapat di sekitar leher. alhasil leher saya sedikit memar, atau bengkak sedikit karena pengaruh infeksi tersebut. diagnosis ini sebenarnya sudah lama dan saya hanya disarankan untuk menjalani pola hidup teratur (makan, istirahat, olahraga) juga mengkonsumsi obat dan rutin check up. tapi entah kondisi saya yang lagi buruk-buruknya atau drop, kemarin saya langsung opname dan menjalani sesi operasi. ini yang ketiga kalinya bagi saya (keempat kalinya jika khitan juga masuk hitungan). momen-momen operasi adalah momen yang sebaiknya kalian hindari. jaga kesehatan kalian sebelum menyesal nantinya masuk ke ruangan lima kali lima meter tersebut sendirian, berjibaku dengan gunting, perban, bius, lampu sorot dan tentunya maut. semakin dewasa kalian, semakin besar kalian akan merasakan ketakutan. seperti saya.

kecelakaan sewaktu SD sempat membuat saya operasi. awalnya di rumah salah satu dokter langganan bapak--yang juga teman baiknya--dan beliau tidak mampu mengatasinya. disana saya cukup sadar dan masih mengingat persis jika saya muntah, perihnya ditusuk jarum suntik, sakitnya pendarahan dan rasa-rasa yang lain yang begitu menyiksa. kemudian saya dirujuk ke salah satu rumah sakit terbesar di surabaya. berasa terbang sekaligus aneh dengan bius. untuk kemudian dioperasi tanpa merasakan apa-apa: bius total.

untuk yang kedua kecelakaan motor sewaktu SMP. ini adalah kejadian yang super traumatis. membuat saya takut mati. takut jalan raya. takut ngebut. untuk kecelakaan parah yang mengharuskan saya opname seminggu di malang dan sempat mengalami koma ini, saya cukup sadar saat didorong masuk melalui ruang operasi. prosedur operasi kepala adalah tidak boleh menggunakan bius total karena dikhawatirkan akan kebablasan--secara langsung mempengaruhi syaraf otak. maka dari itu saya hanya dibius lokal. saya sudah tidak bisa bercerita banyak bagaimana rasanya, atau lebih tepatnya, sakit yang saya rasakan. perasaan super berantakan. intinya bagi saya ini adalah siksaan. satu momen yang dapat saya ungkap adalah bagaimana kemudian--mungkin pengaruh bius juga--saya merasa melihat lorong berwarna orange dengan sekeliling hitam. berputar-putar. kemungkinan besar itu adalah lampu sorot--kemungkinan besar. tapi setelah itu saya seperti didorong masuk kesana. sangat kuat. kuat sekali. setelah itu saya melihat banyak sekali tokoh kartun. jujur waktu itu saya sangat suka menonton kartun. dan serasa amat riang disana. ada taman yang dominan berwarna hijau. saya ingat betul. seolah saya sedang berada di dunia fantasi. setelah sadar pun--walaupun bius lokal tapi masih membuat saya tidak sadarkan diri--perasaan itu masih membayang. ibuk yang menemani saya usai kurang lebih tiga jam lamanya operasi berkata bahwa kata pertama yang saya sebut sewaktu siuman adalah "Taro", itupun saya juga tidak ingat. mungkin mengingau. yang saya maksud mungkin adalah kartun jepang Taro yang gemar sekali saya tonton waktu itu. dan kesalahpahaman terjadi saat ibuk mulai bercerita ke keluarga besar bahwa saya mengucap Taro. seketika itu juga mulai dari kakek, paman, mbak dan mas membeli banyak sekali Snack Taro besar dengan berbagai macam rasa dan ditaruh di kamar saya. Tapi anehnya snack itu lenyap begitu saya pulang, entah ibuk mungkin membagikannya kepada para perawat. dan legenda Taro ini berlanjut karena hampir semua yang menjenguk saya yang sudah pulang ke rumah, selalu membawa Snack Taro.

"ini ya Tit, Taro Keju. biar cepet sembuh. ada rasa rumput laut sama berbeque juga kok di plastik.

gile aje.

tapi untuk operasi dadakan kemarin, saya sempat menangis saat berada di ruang isolasi (atau apa itu namanya tempat pasien didiamkan sebentar sembari diinfus sebelum dioperasi). saya kembali terbayang operasi-operasi beberapa tahun sebelumnya. bukan apa-apa, saya takut mati. apalagi ini rasa-rasanya tidak menyangka gitu. memasuki ruang operasi seperti biasa dokter selalu mampu mencairkan suasana.

"biar ndang sembuh ya le, ndang dioperasi bentar lagi."
"oh enggeh pak. mumpung libur panjang pisan ini kebetulan."
"wah ya pas itu, jadi ndak kebeban sama pekerjaan."
"kulo kuliah, pak."

cukuplah dokter hanya sotoy di bagian itu saja karena bisa bahaya kalau sotoy saat operasi bayi prematur.

"baik dok, kita angkat bayinya."
"sebentar, kamu ini ndak bisa, masih magang, biar saya saja!"
"loh-loh dok, mau apa! loh dok kok itu yang diambil!"
"lah, sampeyan ini gimana, ini udah tak ambil bayinya!"
"matamu dok, itu usus dua belas jari!"

setelah basa-basi sedemikian rupa dan melucuti saya sampai tinggal celana dalam saja (untung saya pakai cd bermerek mahal), beliau langsung cengengesan sendiri di samping infus. ada kira-kira lima sampai enam orang yang mengililingi saya. dengan sorotan lampu yang diarahkan cukup terang pada saya. saya masih cukup sadar--sangat sadar sekali bahkan--tapi si cengengesan itu terlihat menyuntikkan sesuatu melalui infus. nadi saya agak berdenyut. kaki saya gemetar. tiba-tiba langsung amblas. saya tak sadarkan diri.

yang saya ingat kemudian hanyalah suara gunting dan ketegangan dokter, juga suara ramai-ramai, tapi semua terlihat seperti batman. serasa seperti kota gotham. mencekam. saya kembali tidak sadar. setelah itu berada di bukit. bersama siapa lagi kalau bukan kartun. kartun lagi. yang ini versi gelap. cukup menyeramkan. absurd. magic. hiperbolis. psychedelic, mengawang-awang. inilah tokoh kartun kesayangan anak-anak indonesia dalam versi otak yang sedang operasi: spongebob squarepants dan patrick star. ye! otak saya masih tak jauh-jauh dari beginian.

setelah itu saya sadar sewaktu didorong menuju kamar. ibuk sebenarnya mau kamar yang bagus tapi karena sudah penuh jadilah saya dibawa ke kamar yang standard. 

"nde endi aku?"
"nde kamar kak, ibuk maeng wis pesen kamar sing apik tapi penuh, ya terpaksa nde sini, gapapa ya, sabar ya."

tapi tidak jadi masalah besar karena besoknya, sekitar pukul lima sore saya sudah boleh pulang. rumah sakit sih sebagus apapun kamarnya tetap tak enak, namanya juga sakit. makanya jaga kesehatan itu penting, tapi tidak terlalu ekstrem-ekstrem juga sih. pak dokter aja ngisep marlboro putih dulu sambil tangannya ada bekas darah dan agak gemeter gitu di ruang kecil depan toilet pas saya kebelit pipis lima menit sebelum operasi. tegang mungkin dia habis operasi ibu hamil. haha.


tulisan ini didedikasikan untuk pak dokter dan mbak perawat yang mirip cita citata. judul dicomot dari salah satu lagu band indie pop kenamaan asal jakarta yang kebetulan bernama rumahsakit.

No comments:

Post a Comment