Thursday, November 20, 2014

Headset Plug On: Belai-Belai Melankolia

Dan di posting sebelumnya jujur saya akui saya galau hehe. Dan saya tak peduli-laaahhhh. Dan disini saya berencana pamer playlist yang ultra frekuentif saya putar di pemutar musik saya. Dan tanpa banyak bacot inilah playlist saya minggu ini yang kebanyakan berisi lagu-lagu so called pop dan jujur, lagu-lagu berikut cukup menyentuh perasaan saya. Jangan terharu. Plis!

1. Sherina "Sebelum Selamanya"
Dari album Tuna, Sherina bernyanyi ringan di lagu berdurasi hampir lima menit ini. Baik, "Sebelum Selamanya" agaknya menjadi lagu yang harus saya camkan baik-baik saat nanti ingin menjalani hubungan lagi (entah kapan itu entah kapan!). Pesan yang ingin disampaikan lagu ini adalah bahwasanya Sherina sudah kebelet kawin. Tapi sesungguhnya sebelum berikrar selamanya ada baiknya membicarakan dulu soal komitmen ke depan. Dan sebelum saya jadi makin sok pakar dan sok tahu masalah percintaan, sebaiknya baca lirik dibawah baik-baik. 

Jaga hati yang kuserahkan untukmu
Jangan lupa rasa jatuh cinta pertama kita
Dan tali asmara kita yang tlah diuji waktu
berjanjilah sayangku, sebelum selamanya...

2. Dewi Lestari "Malaikat Juga Tahu"
Dee adalah penulis idola saya meski saya hanya pernah baca Supernova Petir saja, itupun meminjam paksa dari teman. Tapi film Rectoverso menurut saya adalah satu dari banyak film drama keren Indonesia yang juga diadaptasi dari kumpulan cerpen Dee yang berjudul sama. Dengan unduh pdf saya sudah dapat itu semua plus album musik bagus berisi lagu-lagu dengan suara melankolis Dee yang mempunyai benang merah dengan isi cerpen. "Malaikat Juga Tahu" adalah satu-satunya lagu yang saya dengar di album ini, juga satu-satunya lagu yang mungkin paling ultra frekuentif saya putar saat sedang melamun. Dee mengolah lagu ini dengan magis, tanpa ratapan cengeng dan menye-menye lagu ini bahkan bisa membuatmu meraung-raung. Dengan kapasitas Dee sebagai penulis jempolan, urusan lirik dalam lagu ini bagaikan sebuah jurang di dasar lautan. Dalam. Dalam sekali. Hiks. Jangan nangis. Hiks.

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu
Ada cinta yang nyata
Setia, hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri...

3. Mocca "Twist Me Around"
Saya menyesal tak menonton Mocca minggu lalu di ICE2014 dan malah menonton Rosemary faaakkkk! Tapi tak mengapa toh saya juga baru mengerti indahnya lagu-lagu Mocca sebulan sebelum ICE2014 digelar. Ya ya saya brengsek karena saya mengunduh hanya album My Diary saja dan itupun lewat bebas unduh karena internet jaman sekarang murah sekali. Tapi Mocca, oh Mocca. Musikmu memang mempesona. Dalam lagu ini khususnya, ada sebuah momen entah di menit ke berapa saya malas ah untuk menghitung dimana suara vokal Arina Epiphania--dan dia adalah adik Dee you know--yang seringan kapas dan seperti hembusan angin yang siap membawamu terbang. Ah, jangan dibayangkan. Vokal 'terbang' itu menyanyikan larik ini:

Twist me around
All i need is someone who's
Willing to stroke my hair
Like a soft blowing breeze
My poor sentimental side
Twist me around...

4. The Titans "Seandainya"
Lagu ini sesungguhnya merusak tatanan playlist diatas dimana semua penyanyinya adalah wanita. Saya pun sudah lupa band apa The Titans ini dan bagaimana nasib mereka sekarang. Pun apakah lagu-lagu mereka yang lain layak dengar atau tidak saya juga tidak tahu. "Seandainya" adalah satu-satunya hal yang saya tahu mengenai band ini. Dan iya benar lagu ini memang easy listening dan saya yakin pernah berseliweran di Inbox. Entah mengapa saya suka lagu ini. Mungkin karena musiknya memang sederhana, liriknya jujur dan ada sesuatu dalam lagu ini yang membuat saya teringat masa SMP. Maaf The Titans saya baru searching di Google dan saya baru ingat bahwa kalian adalah pecahan dari Peterpan. Jangan terkejut.

Seandainya ku dapat menemanimu malam ini
Hilangkan sepi
Seharusnya ku ada di sisimu dan ku terjaga
Hingga kau terlelap mimpi...

5. Efek Rumah Kaca "Melankolia"
Duh, ini band besar. Band indie kesayangan Indonesia. Band dengan kekuatan diatas rata-rata. Lagu ini mengubah kegalauan yang seolah panas di padang tandus menjadi beku dibawah 0 derajat. Entah kegalauan akan menjadi lebih galau atau malah akan berkurang yang pasti tak ada perumpamaan yang lebih pas selain kalimat di atas. Dengan kharisma vokal Cholil yang sendu dan terasa amat sangat mengiris perasaan, lagu ini sungguh menjadi ultra frekuentif dalam playlist terutama saat saya sedang di kampus dengan suasana mendung yang mendukung. Dalam liriknya, ada hawa murung yang indah, juga hawa gelap yang mesra. Melankolia. 

Nikmatilah saja kegundahan ini
Segala denyutnya yang merobek sepi
Kelesuan ini jangan lekas pergi
Aku menyelami sampai lelah...

Begitulah, hanya ini yang mampu saya pamerkan. Dan secemen-cemennya saya yang mengaku metalhead tapi malah bermenye-menye ria, saya hanya bisa berkata: iyo bener seh hehe! :D