Obrolan luar
biasa berfaedah tentang fanatisme mie instan dan jalan hidup seorang ‘Indomie
Snobs’.
Dalam satu adegan
film 5 cm —diceritakan tokoh Ian yang diperankan Igor Saykoji punya penyakit
kecanduan Indomie. Adegan yang ironis—satu di antara sedikit sekali adegan
memorable selain tatap-menatap canggung
Riani – Zafran di Semeru diiringi lagu Nidji—adalah saat dia kepergok mamanya
sedang masak mie instan tengah malam.
“Mau bikin teh,
Ma!” teriak Igor ngeles.
Tapi saat dia
membuka lemari dapur, dia seperti menemukan harta karun yang sudah dipendam
tujuh turunan: berbungkus-bungkus Indomie berbagai rasa. Saya, mungkin juga kamu semua pasti punya
pemikiran sama dengan Ian. Menemukan bungkusan Indomie saat perut keroncongan
tengah malam jelas tidak boleh disia-siakan.
Selain itu, dunia
mie instan bukan hanya tentang upaya pemadam kelaparan, atau spesialis topping
susu-keju di warung kekinian yang bisa menaikkan harga Indomie sampai lima kali
lipat. Juga bukan hal terlalu serius seperti potensi usus melintir seorang
Indomie Junkie, dari sudut pandang dunia spesialis pencernaan dan ahli gizi.
Kita mungkin perlu membahas hal remeh-temeh seperti sejauh mana air rebusan mie
instan mempengaruhi rasa mie, lebih nikmat mana makan mie pakai sendok, garpu,
atau sumpit. Atau lebih asoy mana
mencampurkan bawang goreng langsung atau menaburkanya saat mie sudah jadi.
Saya akhirnya
memutuskan untuk mewawancarai Pramudita Rah Mukti (Pram), food blogger spesialis mie instan berbagai rasa, junk food
crackers, dan makanan minimarket lainnya. Blognya, SundalDigital.com, adalah
situs pelipur lara bagi orang-orang yang doyan konsumsi hal receh. Menolak
kredo kalau blog makanan harus selalu mampir di resto mahal dan ternama.
Sundal Digital
malah lebih membahas seperti nikmatnya konsumsi Chitato rasa Indomie
Sate—sebuah rasa yang membingungkan karena menduplikasi rasa yang sudah
di-duplikasi. Tidak ketinggalan, ulasan dan penilaian jujur tentang pengalaman
makan mie instan. Membuat saya dan kamu semua merasa tertantang untuk membuat
Fans Indomie Garis Keras.
Berikut hasil
perbincangan saya.
tanda kiamat dalam keanehan rasa mie instan courtessy: sundal digital |
Saya:
Sebagai konsumen abadi mie instan, kita harus mengakui kalau ada dua jenis
merek ternama di Indonesia, Indomie dan Mie Sedaap. Kamu berada di pihak mana?
#TeamIndomie atau #MieSedaap? Bagaimana kamu menanggapi klub fanatik mie
tertentu yang mengata-ngatai mie lain? Seperti Liverpudlian yang doyan
menjelek-jelekkan Manchunian.
Pram: Sebagai
kelas menengah berbudaya tentu saja saya masuk dalam #TeamIndomie. Fanatisme
sempit termasuk dalam hal selera memilih merek mie sampai menjelekkan merk lain
seyogyanya harus dihindari. Selera satu
orang dengan orang lain tentu saja beda. Walau menurut saya orang yang gemar makan
mie selain Indomie pasti memiliki selera makan yang buruk.
Lalu, bagaimana
kamu memandang merek lain yang underdog, seperti ABC atau ehem, Mie Burung
Dara?
Merek lain misal
Mie ABC, Mie Sedaap, atau mie yang sudah punah semacam Salam Mie saya memandangnya
ya biasa saja. Seperti saat kamu memakai pakaian, anggap saja Macbeth, lalu
rekanmu memakai pakaian dengan brand Black-ID atau Skaters. Sama-sama pakaian
tapi tetap terlihat tingkatannya bukan? Tapi, kadang mungkin merek-merek
seperti itu ada dan masih eksis hingga sekarang karena konsumen yang edgy;
bosan dengan rasa mie instan lain yang sudah jelas enak.
Sebagai pencandu
mie instan, tingkatan paling ekstrem apa yang pernah kamu lakukan. Saya
misalnya, pernah tiga minggu berturut-turut konsumsi Indomie.
Tidak terlalu
ekstrem sih, cuma seminggu berturut-turut setiap hari makan mie instan. Pernah
juga saat sahur hampir sebulan penuh makan mie instan.
Apakah kamu
kadang pakai nasi kalau makan Indomie? Tentu pernah dong. Coba ceritakan,
apakah kamu mencampur nasinya dengan mie. Ataukah memisahkannya? Atau nasinya
dimakan dulu baru mie-nya. Atau nyampur random saja?
Nasi pakai
Indomie adalah suatu keharusan. Terkadang kalau saya makan mie tanpa nasi,
rasanya ingin menangis sambil berpikir "seharusnya ada nasi, pasti mie
yang saya makan lebih enak dan nendang rasanya". Nasi juga tidak selalu
nasi putih, kadang saya sengaja membeli nasi goreng di pinggir jalan, kemudian
memasak mie instan sebagai lauknya. Sering juga menggoreng mie yang sudah
ditiriskan, dicampur dengan nasi. Bumbu-bumbu saya masukkan saja ke wajan,
supaya lezat dan harumnya bisa kunikmati dengan khidmat.
Apakah secara
teknis, kamu memasak mie dalam wajan lalu mencampur bumbunya sekalian. Atau
bumbu ditaruh piring dulu baru dicampur?
Sudah dijawab di
pertanyaan sebelumnya ya. Saya pernah melakukan dua-duanya. Tapi kalau sedang
banyak waktu luang, saya lebih memilih menggoreng mie, meskipun tanpa nasi, dan
langsung mencampur bumbu di wajan. Menurutku cara ini bisa menimbulkan efek
aromatik yang dahsyat. Bumbu bubuk yang bercampur dengan sedikit minyak panas
ditambah bumbu minyak sayur dari mie instan,
akan terasa menguar lebih tajam aromanya jika kena wajan panas.
Saya sering
kurang yakin saat akan mematikan kompor saat memasak mie. Apakah mie
benar-benar matang atau tidak. Saya takut itu masih setengah matang, sekaligus
takut itu akan terlalu matang seperti bubur. Kalau kamu bagaimana?
Lama waktu
memasak yang sesuai dengan cara memasak di bungkus Indomie. ‘Kan lima menit
tuh. Biasanya ya saya sesuaikan saja, nggak ada pola khusus, misal mie sudah
kekuningan atau mie sudah amburadul dan nggak lengket.
Saya pernah
ditegur Oma gara-gara makan mie keseringan. Mie punya micin yang bikin bodoh,
katanya. Kalau pengalamanmu bagaimana?
Sudah ratusan
kali ditegur oleh orang tua dan saudara. Mie punya micin, semua makanan yang
biasa kita beli di luar juga pakai micin tuh. Gimana dong? Biarkan saja mereka
menggonggong, Indomie tetap seleraku.
Sejauh ini
setelah mencoba beberapa rasa mie, saya belum menemukan rasa mie terbaik selain
Indomie Goreng Original. Menurut kamu sebagai penikmat mie, apa rasa mie
terbaik sepanjang masa?
Yaaaa, Indomie
Goreng original memang terbaik. Selain itu, saya juga suka Indomie goreng rasa
sate. Untuk merek lain, saya sukanya mie pedas Samyang, Mie Bulnak juga enak
karena kaya minyak alias oily. Selain mie tersebut rata-rata saya biasa saja dan nggak sampai kecanduan. Beberapa kali saya juga membeli mie instan
dari Jepang. Rasanya pun tidak seenak Indomie. Terlalu light. Rasa minyak dan
bumbunya malah cenderung hambar, meskipun di bungkusnya tertera mie pedas.
Ceritakan apa
saja rasa mie instan paling nyeleneh dan unik yang pernah kamu makan. From bad
to worst.
Saya bukan
penggemar keju. Bukan tidak bisa makan keju, tapi nggak terlalu suka. Pernah
makan mie instan rebus rasa keju dari Korea, rasanya sukses bikin muntah.
Bumbunya beneran menohok, dan semua kuah yang ada menjadi keju. Ini juga saya alami ketika musim mie
instan campur susu. Terjebak
tren, saya ikutan deh. Suapan pertama langsung saya buang mie tersebut. Mie
rebus campur susu totally worst. Core bumbu mie yang enak jadi amburadul ketika
bercampur dengan susu yang manis. Entah kenapa orang-orang yang saya lihat di
internet amat lahap dan bilang mie plus susu adalah paduan yang enak. Yiks.
Saya biasanya
suka makan mie sambil minum kopi susu. Beberapa orang bilang itu bikin susah
nelan. Bagaimana kalau kamu? Apa yang jadi minuman favorit kalau makan mie?
Saya sih bukan
peminum kopi. Mungkin hanya sebulan sekali atau sebulan dua kali lah. Karena
lambung gak kuat, termasuk mengkonsumsi cola dan sejenisnya. Ampun. Jadi saya
lebih milih minum teh atau air putih saat makan mie.
Saya juga
biasanya makan mie pas maraton nonton Breaking Bad atau 13 Reasons Why. Katanya
sih itu bisa mengurangi fokus ke serial karena kenikmatan mie. Atau mie akan
jadi kurang nikmat karena pikiran fokus ke serial. Kalau kamu biasanya makan
mie sambil ngapain? Adakah waktu terbaik untuk makan mie?
Makan sambil
nonton TV amat saya hindari. Saya terbiasa makan sambil membaca berita
olahraga, ataupun membaca koran. Membaca dalam artian bukan pure membaca, karena membaca sambil makan termasuk
‘lauk’ buatku. Sulit menjelaskan, tapi rasanya ada yang aneh kalau makan tidak
sambil membaca sesuatu. Jadi kalau kamu bertemu saya saat lagi makan, 99 persen
pasti saya sedang membaca artikel lewat smartphone atau koran.
Terakhir, apa
pesan kamu untuk kawan-kawan sekalian yang doyan mie instan di luaran sana?
Mungkin ada tips topping mie, atau trik menggulung mie dengan garpu?
HINDARI makan mie
instan menggunakan sayur! Hahaha. Ada beberapa orang yang merasa "aduh
dosa nih makan mie terus nggak baik buat kesehatan, tambahin sayur ah biar
sehat." BIG NO! Sayur nggak membuat penebusan dosa buatmu setelah makan
mie. Selain itu, bumbu dan minyak mie akan lengket di sayur dan rasanya akan
menjadi lain, tidak standar lagi. Rasa sayur anggap saja sawi atau yang lainnya
juga akan menguar di bumbu rebusan, dan masuk ke dalam mie. Rasa mie jelas akan
berbeda, berubah jauh. Berhentilah makan mie pakai sayur. Biar penikmat mie dan
penikmat sayur happy dengan jalan masing-masing, tak perlu saling mencampuri.
*tulisan saya tentang indomie lainnya, bisa dibaca disini.
Gile... wawancara berbobot. Komperhensif, guys.. ngga nyangka mie instan bisa jadi diskusi sehebat ini. *salut
ReplyDeleteJobSide buat tambahan jajan .... Info { 5*E*E*8*0*A*F*E }
ReplyDeleteGame online yang menghasilkan ayukk ini infonya .. F4n588371n9 :) BBM : 5EE80AFE :)
ReplyDelete