Pengalaman pertama membaca zine sejujurnya saya
dapat sewaktu SD. Kakak saya punya setumpuk koleksi zine lokal di meja
kamarnya, selain koleksi kaset pita band-band underground. Masa SD yang biasanya
diisi dengan mengisi LKS, mencongak atau menggambar gunung di buku gambar A4 mendadak
berubah usai membaca salah satu zine. Saya tanpa ragu minta dibelikan sepatu
Converse, tiba-tiba anti Mc-Donald, benci Bush dan invasi Amerika, serta mulai
tertarik dengan kompilasi punk lawas rilisan Proton Records ‘Berpacu Dalam
Melodic.’
Pengalaman tersebut membawa saya hingga masa
SMA. Masa dimana mulai ada luapan rasa bosan, muak, kesal dan kecenderungan
untuk melawan. Trend hipster menjamur, anti-mainstream merebak, pergaulan bawah
tanah mulai masuk. Dan lagi-lagi, saya bertemu dengan zine punk sebagai bahan
bacaan: semangat ugal-ugalan, lempar molotov, dan bersenang-senang sampai
mampus. Saya pun kembali temukan kesenangan disitu.
Dan akhirnya sampai pada masa kuliah. Bersama
beberapa kawan seperjuangan, muncul kesepakatan untuk mulai merangkum karya dalam
konsep zine ini. Masih berlandaskan semangat do-it-yourself yang dibuat seenak
udel, kami tak berharap lebih selain bisa menyalurkan energi dan membagi
inspirasi.
Oke, bahasa kami memang masih buruk, media kami
masih awut-awutan, proses kami masih ugal-ugalan dan tulisan kami masih absurd;
tapi tak mengapa atas nama gairah, hura-hura dan senang-senang semata. Jangan
heran dengan nama zine kami, Yeah Yeah Zine memang dicomot langsung tanpa tedeng aling-aling dan beban moral
sedikitpun dari nama band art punk asal New York, Yeah Yeah Yeahs! Trims berat Mbak
Karen O. Oh Yeah!
Yeah Yeah Zine #1 format PDF bisa kalian unduh bebas DISINI.
No comments:
Post a Comment