Tuesday, March 28, 2017

Radiohead: A Moon Shaped Pool: Meminggirkan Elektronik dan Menjadi Klasik

Semua orang pasti pernah menyukai Radiohead. Entah itu “Creep,” “Fake Plastic Trees,” “Karma Police,” atau formula rock alternative manis lain dengan falsetto menakjubkan Yorke. Album-album awal Radiohead begitu menyenangkan, rock yang tidak terlalu bising seperti Smashing Pumkins ataukah Nirvana, sendu lembut membuat terlena dan ajaibnya tidak kehilangan sisi gahar. Album Pablo Honey hampir menggeser eksistensi The Beatles dalam kategori penjualan album terlaris di UK Chart. Tapi dengan kejeniusan mereka, kita kira-kira sudah bisa segera menebak bahwa apa yang akan dikeluarkan oleh Radiohead di album-album selanjutnya adalah apa-apa yang belum pernah terpikirkan bahkan oleh pengamat musik kapiran sekalipun. Greenwood dan kawan-kawan menjelajahi apa itu musik rock, memadukannya dengan berbagai macam bunyi-bunyian, menantang diri mereka sendiri secara simultan. Alhasil lahirlah Ok Computer dengan Paranoid Android yang terdengar ganjil dan gelisah, disusul dengan Kid A, sebuah mahakarya yang membuat kita yakin bahwa Radiohead akan memasuki lorong gelap nan panjang, entah dimengerti ataupun tidak, melibas semua aturan musik, membuatnya benar-benar esensial. Kid A tidak dimengerti oleh sebagian besar kalangan, Kid A terlalu agung dan adilihung pada masa itu. Pitchfork, yang sudah merumuskan album-album terbaik di era 90an, tidak terlalu mengejutkan apabila menobatkan Kid A yang rilis di awal 2000an sebagai yang nomor satu. Menyimak Kid A, sampai seterusnya mulai dari Hail To The Thief, In Rainbows sampai The King Of Limbs kita tidak berani memastikan apakah Thom Yorke dan kawan-kawan sedang tersesat atau tidak, sementara musik yang dimainkan makin membingungkan namun makin jenius. Dentum elektronika dan bebunyian aneh dengan pakem lagu yang absurd menggema membuat kita sempat lupa bahwa Radiohead dulu adalah yang menyanyikan ‘i’m a creep, i’m a weirdo’ dengan berbekal distorsi amuk dan falsetto.

Lalu setelah semuanya itu, setelah kita dibuai oleh kejeniusan mereka yang memusingkan, sesuatu yang terdengar baru tetapi tidak asing bagi kita muncul ke permukaan. A Moon Shaped Pool, album baru mereka adalah sebuah titik balik, kembali ke jalan yang lurus, lepas dari belenggu kesesatan, ataukah mengurangi kadar jenius—tapi nyatanya yang ini tidak pernah. A Moon Shaped Pool terdengar begitu organik dan indah, seperti dimainkan oleh manusia. “Burn The Witch” sebagai track pembuka, langsung menghadirkan string section tajam nan memukau arahan Johhny Greenwood (di konser live Greenwood memainkan gitarnya menggunakan alat gesek biola!), membuat kita kembali merasakan kehangatan dari apa yang dulu pernah ditawarkan band yang terbentuk di awal 90an ini. Bukan tipikal lagu dansa sedih seperti In Rainbows, tetapi ini adalah kebahagiaan murni. Lalu masuklah “Dayreaming”  pelan-pelan, dan merasuk. Sentuhan sederhana nan minimalis bisa sebegitu menusuk. Pelan tapi pasti, Thom Yorke belum kehilangan kejeniusannya menciptakan lagu seperti ini bahkan setelah lewat beberapa fase proses kreatif. Ini adalah salah satu lagu terbaik Radiohead, dari sisi kesederhanaan, kontemplasi, nuansa, musikalitas, apapun. Megah dan berkilauan.

Lalu dalam “Decks Dark” kita belum bisa menyudahi lamunan. Radiohead berhasil menyeimbangkan kebingungan elektronika era silam dengan permainan organik seorang manusia. Jadilah sebuah balada manis dengan suara Yorke yang semakin matang dan tidak hanya melulu falsetto. Dalam “Desert Island Disk” muncul rasa-rasa psychedelia-blues George Harrison yang murung dan mengawang yang tampak dalam lagu-lagu Beatles. “Glass Eyes” tidak kalah murung dan lirih dari balada-blada sebelumnya. Sementara ‘The Numbers’ setidaknya mengingatkan pada 70s rock: lagu-lagu mabuk Led Zeppelin yang blues-y, vintage, namun tetap dibawakan dalam pakem Yorke yang tenang dan terang. “True Love Waits”, didaulat sebagai penutup yang lebih dari mampu membuat kita menitikkan air mata. Lagu klasik yang tercipta tahun 1995 dan hanya dimainkan secara akustik, diperam begitu lama untuk kemudian dipermak menjadi balada murung nan indah. “I’m not living, i’m just killing time.”, Yorke bernyanyi lirih dan menggetarkan. Menutup A Moon Shaped Pool dengan sempurna, menjadikannya salah satu album terbaik di 2016.

No comments:

Post a Comment