Jalanan selalu
sumpek. Macet, gerah, panas. Tapi apa daya, ada hidup yang harus disambung.
Walaupun harus berurusan dengan truk ngawur, angkot seenaknya, lampu merah yang
terlalu lama, atau trotoar yang terlalu lebar.
Ayolah, kapan
terakhir kali kita bahagia di jalan--kecuali mungkin saat berkendara santai
tengah malam sambil maksimalkan volume di headset.
Kita juga kadang
terburu-buru, 60 km per-jam terlalu pelan, tambah lagi, kencangkan lagi. Tanpa
peduli ada orang tua membawa asbes di jalan, anak kecil menyeberang, ibu-ibu
motor matic mengantar les anaknya. Ayolah, apakah jalanan jadi sekejam itu?
Saya sering
melamunkan hal di atas sampai akhirnya menemukan salah satu lagu terbaik dari
Bin Idris ini. Bin Idris adalah sosok yang berkali-kali saya tonton, tapi
dengan nama Haikal Azizi--yang tergabung band psychedelic kesayangan kita,
Sigmun. Bin Idris jadi alter ego Haikal, dan melempar album solo yang luar
biasa bagus. Puncaknya ada di lagu "Jalan Bebas Hambatan", yang sudah
bisa kalian nikmati di Spotify.
Mendengarkan
lagunya, saya seperti tersindir sendiri. Sebagai orang yang doyan kesana-kemari
pakai motor, kadang terlalu ngawur di jalan, dan jarang sekali pulang, saya
seperti diingatkan.
Jalan Selalu Menuntun Kita Pulang
Berbulan-bulan
kau belum pulang
Aspal jalanan pun
engkau terjang
Menuju rumah
Untuk bertemu
papah dan mamah
Terlalu mudah
bagi kita melupakan rumah, tapi terlalu sulit untuk melepaskannya. Di jalanan
menuju kerja, kadang kita sering dihantam pertanyaan: kapan pulang? Apalagi
buat kamu kaum urban yang banyak menahan diri untuk tidak pulang kampung,
menunggu sampai sebulan-dua bulan lagi. Ayolah. Saya tidak mau terlalu menye.
Tapi apa salahnya pulang sebentar, toh jalan yang dilewati sama.
Jalan menuju
kerja akan terasa berbeda kalau kita selalu ingat jalan menuju rumah.
Sekali Lagi,
Safety Riding Lumayan Penting
Sinar mentari
silau menikam
Kau kenakan
kacamata hitam 20 ribu
Mereka tak perlu
tau
Kebut-kebutan
cuma bikin pusing
Jangan terpejam
nanti terguling
Ketepian jalan
Mudah-mudahan
jangan
Santai saja
engkau menyupir
Kalau mengantuk
tinggal melipir
Ke rest area
Beli gorengan dua
ribu tiga
Bukan mau
sok-sokan kampanye safety riding, dan jadi cemen karena takut aspal. Tapi
jelas, kebut-kebutan tidak ada fungsinya. Santai sajalah. Toh kalau jatuh yang
sakit ya sikut kamu juga. Tidak hanya itu, jalanan juga berpotensi turunkan
tingkat kegantenganmu sampai 37%. Matahari pukul satu siang bisa bakar kulitmu
pelan-pelan, lalu memicu jerawat, lalu mukamu jadi jelek. Lebih baik pakai
perlengkapan standar. Lupakan knalpot brong. Jangan lupa klik helm. Pakai kaus
kaki, sarung tangan. Buff.
Juga usahakan
tidak mengantuk. Melipir saja ke minimarket, mampir dulu beli kopi dalam
kemasan yang bukan diseduh biar tidak ngantuk. Seng penting slamet--kalau kata
Mbah.
Di Jalan Bukan
Cuman Ada Kamu, Bung
Ada ambulance kau
pun menyingkir
Jangan bajingan
waktu menyetir
Lebih baik sabar
Daripada bar-bar
Awas ada truk
pasir di depan
Jangan
dekat-dekat
Tidak perlu nekat
Baiklah, siapa di
sini yang kadang terlalu sok jadi Marquez dan suka membalap ibu-ibu bapak-bapak
yang kadang masih tegang buat nambah kecepatan di jalan? Jalanan yang kamu
lewati bukan Sepang atau Valencia. Memangnya kamu lagi ikut GP?
Tidak perlu
banyak petingkah sirkus tong setan. Kalau memang ingin balapan ya pakai lahan
punya simbahmu saja. Ini jalanan milik bersama cuy. Apalagi, tingkat kecelakaan
kadang dipicu orang-orang nekat. Main terobos. Main hantam. Kendaraanmu bukan
'invisible car' seperti Mermaid Man dan
Bernacle Boy bung. Selow saja kalau lagi jemput untuk kencan, toh pacarmu juga mungkin masih sisiran.
*Sejatinya, tulisan ini sudah di-edit sedemikan sopan dan halus. Karena Kolaborasik.com - mainan baru Suara Surabaya Media - tempat saya bekerja, menilai tulisan versi awal terlalu kasar dalam pemakaian bahasa.
JobSide buat tambahan jajan .... Info { 5*E*E*8*0*A*F*E }
ReplyDeleteGame online yang menghasilkan ayukk ini infonya .. F4n588371n9 :) BBM : 5EE80AFE :)
ReplyDelete