Thursday, April 16, 2015

Walking In The Pillow

In the night
I  felt it’s difficult
To sleep upstairs
Then I walk around kitchen
Wishing to find a pillow
Which helps me sleep
I don’t wanna be quiet
Seeing bed which wave the dream
‘Cause I’m scared
I can’t sleep walking anymore

There’s a dream in my pillow ~

Dance when fall asleep
Sing when fall asleep
Going through the pole
Going through the south
And find the discussion
Come to the oudor
Feel the oudor
Don’t you ever break the dream

There’s a dream in my pillow
There’s noise near with you
There’s an ego holding me on warmly
When I was blind

***

Sedikit cerita:
“Walking In The Pillow” adalah kumpulan kesedihan, kebahagiaan, momen dan waktu yang dikumpulkan dalam bentuk lagu. Ini adalah track kedua terbaik di album I Am Ij Sin A versi saya. Saya sudah hampir gila mendengar lagu ini tanpa pernah bosan sedikitpun. Simak momen magis jelang akhir lagu saat Humi Dumi seperti menumpahkan seluruh potensinya: suara gitar elektrik; post-rock! Gila sekali lagi ini adalah pencapaian artistik luar biasa memukau yang pernah dilakukan musisi Surabaya. Ada nuansa misterius; seperti anak kecil yang tertawa ceria tapi menyimpan memar bekas cubitan mamanya. Atau seperti bocah yang kelelahan bermain layang-layang dan kemudian tidur memeluk guling dengan rapat. Lagu ini menyenangkan tapi juga tak 100% menyenangkan. Lagu ini melankolik tapi hanya 65% sisi yang bisa dianggap melankolik. Sebuah penciptaan yang matang—atau jika belum matang ini adalah bukti bahwa ketidaksempurnaan dalam musik justru menjadikannya mahakarya. Pengantar yang bagus sebelum lagu selanjutnya yang menjadi klimaks dari I Am Ij Sin A. Saya selalu merasa lagu ini tak pantas untuk didengarkan saja; ini patut diapresiasi dan dihayati sampai tingkatan sufi—maafkan hiperbola saya.

No comments:

Post a Comment