Surabaya bukan
kota rock, kata My Mother Is Hero pada Ronascent beberapa waktu lalu. Tapi toh
nyatanya di album kedua yang bertajuk Midst, mereka malah semakin brutal dan
liar meramu formula rock gelap dengan atmosfer stoner rock yang padat. Alhasil,
jadilah Midst mengubah image MMIH dari band pop rock pada umumnya menjadi
pemuja tahun 1974 dengan formulasi rock and roll tua, yang seperti mengawinkan
Zeppelin dengan distorsi Sabbath. Jika didengarkan dengan saksama, Midst secara
segi musikalitas dan sound juga tak jauh beda dengan album kedua The SIGIT,
Detourn (2013). Atau semacam Wolfmother tapi lebih rapat dan terukur, dengan
menomorduakan spontanitas dan lebih mementingkan keakuratan. Midst seperti
mencoba memberi warna baru bagi genre rock beringas di Surabaya yang ‘bukan
kota rock.’ Ingatan sial juga memberi tahu adanya warna seperti Eet Sjahranie
pada gitar di album 2010 mereka, Edan, khusus di nomor-nomor hardrock kencang
seperti Living Dead.
Dibuka dengan Sub-Urban Jam, intro yang ingin
menunjukkan kepada kita semua, para penyembah rock indopahit, bahwa Midst dari
MMIH adalah hardrock dengan kebul asap stoner yang pekat. Iringan drum yang
lambat dan berat, dengan atmosfer bar penuh asap rokok dari seksi bas dan
distorsi, menyempurnakan jamming ‘sub-urban’ ini. Pariah sebagai track kedua, menampilkan vokal Bonie yang berbeda
dengan album mereka sebelumnya, Sundial. Terdengar lebih berat dan serak: kotor!
Inilah musik yang ‘cowok banget.’ Tapi sayangnya di sampai di pertengahan
menjadi sedikit membosankan, meski ada beberapa part yang bisa dikatakan menarik
bila diolah lebih dalam. Track jagoan mereka, Guided Democracy yang sempat dibawakan di Live Session bulan Juni
lalu masih memakai formula yang sama. Rock bebatuan; boots limakilogram yang
menghantam kepala. Hampir kesuluruhan isi track di Midst punya formula yang
sama. Ksemuanya berdurasi rata-rata empat sampai lima menit. Mungkin dengan Hurt sebagai track paling penuh isian
dan emosi yang intens.
Sekali lagi
ini bukan album yang bisa dianggap main-main. MMIH begitu total dan terukur.
Namun sayangnya spontanitas rock and roll jadi agak kurang. Musik terasa begitu
kaku dan kering—atau memang seperti itu konsepnya?—dan jarang ada bagian yang
catchy dan gimmick-gimmick yang menyenangkan. Bahkan hampir tidak ada bagian
untuk sing-along. Dikhawatirkan musik yang keterlaluan serius akan
menghilangkan sikap senang-senang. Satu lagi, sepuluh track dalam Midst cukup
melelahkan untuk didengarkan secara utuh, karena sekali lagi, kurangnya bagian
yang membuat telinga merasa senang. Agaknya gempuran oktan macam beginian
menjadikan MMIH seperti menjadi band ekslusif yang hanya cocok bermain di
bar/pub sempit. Bukan lagi di lapangan sekolah yang luas: MMIH harus melepas
predikat raja pensinya jika memainkan rock dengan formula kaku macam begini.
Sayang sekali dengan artwork cover yang cukup impresif, musik yang ada begitu
melelahkan.
Baca disini juga bisa. Engga diedit cuman ditambahin editor dikit hehe.
Ikutan nongkrong yuk , bisa nonbar bareng kawan n seru seruan bareng F4n588371n9 :)
ReplyDelete