Tulisan ini adalah
sebagian kecil dari hasil dari transkripsi materi Drs. Sayuti, SS, saat
mengisi kuliah umum dengan tema ‘Peluang Menjadi Sastrawan Warung Kopi dengan
Teknik Menguasai Minimal Dua SPG Rokok Mild,’ hari Sabtu, 9 Oktober 2098, di
TPS Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa. Pak Sayuti kini sibuk menyelesaikan buku
kumpulan esai teori terbarunya yang berjudul ‘Eureka! Dan Sejarah Kejantanan.”
***
Akhirnya,
setelah ratusan purnama, setelah Cinta dikecup Rangga, saya menemukan arti
hidup. Tidak ada dalam kamus. Tidak ada dalam Perjanjian Baru. Tidak ada dalam
bunyi klakson truk tinja. Saya pure
menemukan arti hidup ini—baru saja setelah berkata hal ini—setelah sebelumnya
melewati berbagai lampu merah datang bulan, tambal ban monyet dan orang udik
bersepeda di tengah jalanan Surabaya yang padat merayap. Setelah puluhan video
‘Hati2 Di Internet’ saya tuntaskan sampai subuh, Awkarin atau Anya Geraldine
yang bahkan saya ikuti perkembangan tobatnya (dan tingkahnya), dan yang
terakhir, jangan terharu, jangan bergidik, Kyai Dimas Kanjeng Taat Pribadi
sebagai nabi baru di televisi; calon pengganti Tukul di acara Empat Mata,
pengganti Ali Zaenal di (Masih) Dunia Lain, pengganti Eko Patrio di kursi wakil
ketua pemenangan Agus Harimurti Yudhoyono (atau Anies Baswedan, saya lupa), dan
menjadi admin blog mahasiswa saya, Tito Hilmawan yang payah ini untuk
selama-lamanya. Thanks Aa’ Gatot Brajamusti, saya musti menuliskan ini karena
ini musti mustinya akan menjadi sebuah hal yang, mengutip Pram saat duduk di
kamar mandi, byur. Lenyap. Lenyap. Tak berbekas. Tanpa arti. Menguap.
Menyublim. Menjadi fungi. Menjadi serial Supernova ke-7. Menjadi Mirna sebelum
mengudap sianida. Menjadi orang-orangan sawah di Tuyul dan Mbak Yul. Menjadi
bedak Herocin di selangkangan ahli kubur. Menjadi random. Menjadi abusrdisme.
Menjadi di block Google. Menjadi blog berpenghasilan dua koma hanya dalam waktu
seabad. Menjadi dot com odong-odong. Menjadi tahi babi. Mati. Lalu sudah. Sudahlah.
Saya—dan
tentunya juga Anda, kaum pencinta sandal Swallow—menyukai sebuah ketidakjelasan
sebelum segalanya menjadi benar-benar jelas, dan Anda akan mencintai kodok
seketika. Tampar saya. Apakah Anda sudah mengerti arti hidup yang saya
maksudkan di atas. Ataukah saat ini Anda masih jomblo dan mengutuk Jokowi?
Ataukah, masih betah balapan dengan angkot plat L? Benar, arti hidup milik saya
dengan milik Anda tentulah berbeda. Seperti isi kepala Dedy Corbuzier dan Mario
Teguh. Yesus dan Karl Marx. Saipul Jamil dan Sartre. Jelas berbeda dan tak
perlu dimirip-miripkan. Tapi, sekali lagi, arti hidup saya tetap perlu saya
publikasikan. Seperti koar-koar para Youtubers cilik tukang cover Young Lek.
Viva manusia YouTube!
Arti
hidup:
Hidup adalah kejutan yang
berkelanjutan.
Bagaimana,
Anda sudah mengerti jenis-jenis tanaman hias yang hidup di Zaman Mezolithikum
yang berawalan huruf D?
Kejutan!
Tepat sekali!
Dari
mana Anda berasal itu adalah dari mana Anda berawal!
Itu
saja untuk kuliah hari ini. Matilah semiotika!
Ikutan nongkrong yuk , bisa nonbar bareng kawan n seru seruan bareng F4n588371n9 :)
ReplyDelete